oleh

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Terkontraksi 2,07 Persen Sepanjang 2020

Jakarta – Perekonomian Indonesia saat ini berada dititik yang jauh lebih baik dibandingkan negara lain seperti Fillipina, Singapura, Jerman, Italia, Perancis, hingga Amerika Serikat (AS).

Terbukti, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sepanjang 2020 hanya terkontraksi 2,07 persen (yoy) dengan realisasi kuartal IV sebesar minus 2,19 persen atau lebih baik dibandingkan kuartal III 3,49 persen.

“Asia Tenggara seperti Fillipina dan Singapura kemudian di dunia ada Italia, Perancis, Jerman, AS, juga negatif. Walaupun patut berbangga, meskipun kita tidak bisa bicara ke depan akan jadi yang terbaik, tetapi kita di titik yang pasti jauh lebih baik,” kata Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir saat menjadi narasumber pada acara Konvensi Nasional Media Massa dalam rangka Hari Pers Nasional 2021, di Jakarta, Senin (08/02/2021).

Menurut Erick Thohir, ekonomi Indonesia akan benar-benar terakselerasi secara baik pada 2022 dengan masa-masa pada tahun ini merupakan momentum transisi.

“Basis pembicaraan saya bisa juga dilihat hari ini, di mana seperti yang bisa kita lihat terbukti di akhir 2020 secara kuartal IV masih banyak negara pertumbuhannya negatif,” ujar Erick Thohir serayavmenegaskan dalam rangka mengakselerasi perekonomian yang lebih baik pada tahun depan, maka pemerintah akan terus fokus untuk mengatasi krisis utamanya terlebih dahulu yakni pandemi COVID-19.

Baca Juga  PERTAHANAN: Brigjen Antoninho: Sinergitas TNI AD - KEMENDAGRI adalah Harga Mati

Dikatakannya, jika penyebaran dan angka kasus COVID-19 mampu diatasi dengan baik maka perekonomian Indonesia akan bisa bekerja, bergerak, dan tumbuh.

“Kita juga harus pastikan bagaimana sejak awal pemerintah selalu bicara program Indonesia sehat yaitu COVID-19 nya dulu harus diatasi baru kita bisa bicara Indonesia bekerja dan tumbuh,” kata Erick Thohir sembari memastikan, BUMN sesuai dengan penugasan dan kreativitas akan terus menjadi yang terdepan yakni tidak hanya korporasi namun juga bertanggung jawab secara public service terutama dalam penanganan pandemi.

“Berbagai hal yang telah dilakukan oleh BUMN mulai dari memastikan jumlah tempat tidur sehingga mampu memenuhi kebutuhan pasien COVID-19 hingga mengubah Wisma Atlet menjadi tempat penanganan COVID-19,” katanya.

Baca Juga  Pemkot Jaksel Siapkan Langkah dalam Penanganan Lonjakan Kasus Covid-19

Sementara Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkum HAM), Yasonna Hamonangan Laoly menyebutkan, terdapat pola berbeda dalam kasus penutupan media saat ini dengan beberapa dekade silam.

Saat beberapa dekade silam, kata dia, banyak media berhenti beroperasi karena ditekan dan diberedel oleh rezim.

Pola itu berganti pada era saat ini. Media tutup setelah tertekan persaingan usaha imbas digitalisasi dan pandemi COVID-19.

“Sebelumnya media tutup karena mendapatkan tekanan dari rezim, kini media tutup karena tekanan persaingan sesama perusahaan media, khusunya jaringan digital dan juga dalam setahun terakhir akibat pandemi COVID-19,” ujar dia.

Menurut dia, media cetak seperti Suara Pembaruan dan Indopos pada era saat ini, sudah menyampaikan salam perpisahan.

Begitu pula tabloid Bola, majalah Hai, Suara Karya, dan Sinar Harapan telah menyampaikan perpisahan.

“Berakhirnya masa terbit media cetak itu menjadi kado pahit menjelang HPN 2021,” ucapnya.

Menurut Yasonna, fenomena tutupnya media akibat persaingan digital dan terpaan pandemi, tidak hanya terjadi di Indonesia.

Baca Juga  Lurah Kaduagung Harap Ketua RT/RW Sejalan dengan Program Penanganan COVID-19

Di Australia per April 2020, diumumkan 60 surat kabar regional ditutup.  Khusus terpaan pandemi, kata dia, banyak perusahaan di luar media massa yang kesulitan beroperasi. Imbasnya mata anggaran promosi sebuah perusahaan dibatasi.

Hal ini berimbas ke pendapatan media massa. Sebab, sumber pendapatan media massa banyak disumbang oleh iklan dari perusahaan lain. “Berkurangnya promosi atau iklan berdampak besar pada industri media di mana sebagian besar pemasukan dari sisi itu,” ujar dia.

Dari situ, kata Yasonna, sebagian orang telah melihat bisnis media tidak lagi menguntungkan. Krisis akibat pandemi sangat signifikan tidak hanya ke kesehatan masyarakat, juga merembet ke ekonomi.  “Krisis ekonomi menghadirkan tekanan bagi media,” imbuhnya.

Pada sesi kedua seminar ini, Menteri Hukum dan HAM,Yasonna Laoly sebagai keynote speaker. Pembicara lainnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Ketua Forum Pemred Kemal E Gani, Dirut PT Telkom Ririek Adriansyah dan Redaktur senior Harian Kompas Ninuk M Pambudy. (*/red)

News Feed